Sebelumnya saya akan memperkenalkan apa itu yang dimaksud dengan e-learning.
E-learning atau pembelajaran elektronik
pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illionis di
Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer
(computer-assisted instruktion) dan komputer bernama PLATO. Sejak saat
itu, perkembangan e-learning berkembang sejalan dengan perkembangan dan
kemajuan teknologi.
Ada tiga hal yang perlu disiapkan sebelum menerapkan e-learning: Kemampuan SDM
:Kita biasanya berhadapan langsung, kasih training didalam kelas,
tiba-tiba hanya melihat melalui screen. Ada dua kemungkinan, orangnya
tidur atau dia nonton tapi nggak masuk ilmunya. Jadi ada kesiapan
manusianya.
Budaya atau kultur
: tak bisa disangkal bahwa budaya belajar orang Indonesia yang terbiasa
dalam metode tatap muka menjadi kendala. Hanya sebagian kecil sumber
daya manusia kita yang terbiasa mengikuti pelatihan melalui komputer dan
untuk memanfaatkan e-learning kita harus memiliki budaya belajar
mandiri. Karena itulah change management yang baik sangat diperlukan
untuk merubah budaya tersebut.
Organisasi
: Organisasi harus punya kekuatan untuk mengharuskan orang-orangnya
untuk melakukan proses pembelajaran tertentu melalui e-learning. “Ada
satu poin ya, bahwa e-learning itu bisa sukses kalau dibantu, harus
dipush, harus dipaksakan dari organisasi”, ujar Diski. Ia tak memungkiri
bahwa ada beberapa pelatihan yang tidak bisa dilakukan melalui
e-learning. “Jadi memang ada beberapa proses pengajaran yang perlu
interaksi contohnya team building. Team building tidak mungkin atau
susah dilakukan melalui media e-learning.
E-Learning di Indonesia
E-learning
untuk saat ini mungkin menjadi suatu metode belajar mengajar yang
efektif. Sesuai dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Sangat
diharapkan agar dunia pendidikan dapat mengimbangi perkembangan
teknologi tersebut. Seperti yang di sebutkan dalam buku Psilologi Pendidikan karya Santrock,
salah satu cara mengajar yang efektif adalah dengan memiliki keahlian
teknologi. Di Indonesia juga sudah banyak dosen-dosen di universitas
besar seperti UI, ITS,UGM, Unair, ITB, USU dan UB.
Hal ini dilakukan karena metode pembelajaran ini tidak membutuhkan
tatap muka (face to face) antara mahasiswa dan dosen. Mahasiswa hanya
diharuskan duduk di depan komputer atau laptop dan on line di internet.
Dosen benar-benar hanya berfungsi sebagi mediator, fasilitator, dan
motivator. Dosen cukup memberikan modul perkuliahan atau soal-soal tugas
melaui email, dan mahasiswa benar-benar harus mencari sumber atau data
sendiri dari bahan kuliah atau tugas yang diberikan dosen.
Namun, Sepertinya metode e-learning masih
sulit dilakukan seluruh universitas di indonesia secara merata. Hal itu
dikarenakan banyaknya rintangan yang menghadang. Menurut Helmy Anam, Head of Marketing Communication Department
PT Acer ada Tiga kendala yang membuat e-learning berjalam lambat di
Indonesia, hal itu meliputi kesiapan infrastruktur, kesiapan dosen dan
mahasiswa serta faktor budaya. Dari segi infrastuktur misalnya,
diperlukan dukungan pemerintah yang lebih intensif agar penerapan e-learning
bisa berjalan maksimal. Karena seperti yang kita ketahui jaringan
internet di Indonesia tergolong masih belum stabil. Kesiapan dosen yang
masih kurang untuk menerapkan metode e-learning karena masih banyak tidak mengetahui dan kurang memahami teknologi khususnya internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar